Thursday, June 30, 2016

Pola Orientasi Moral Anak Taman Kanak-Kanak

Pola Orientasi Moral Anak Taman Kanak-Kanak
               Pada usia Taman Kanak-kanak anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh cognitive motivation aspects dan affective motivation aspects.
               Tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut. Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous.
               Seorang guru Taman Kanak-kanak harus memperhatikan tahapan heteronomous karena pada tahapan ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan, serta pembiasaan yang terus menerus.
               Moralitas anak Taman Kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan dunia mereka dapat dilihat dari sikap dan cara berhubungan dengan orang lain, cara berpakaian dan berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan makan. Demikian pula, sikap dan perilaku anak dapat memperlancar hubungannya dengan orang lain.
               Penanaman moral kepada anak usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan berbagai cara dan lebih disarankan untuk menggunakan pendekatan yang bersifat individual, persuasif, demokratis, keteladanan, informal dan agamis.

               Beberapa program yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak dalam rangka menanamkan dan mengembangkan perilaku moral anak di antaranya dengan bercerita, bermain peran, bernyanyi, mengucapkan sajak, dan program pembiasaan lainnya.

Pengembangan Kemampuan Kepribadian/Moral bagi Anak Taman Kanak-kanak

Pengembangan Kemampuan Kepribadian/Moral bagi Anak Taman Kanak-kanak
               Perkembangan moral dan etika pada diri anak Taman Kanak-kanak dapat diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi anak dalam kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkan dan menghargai perbedaan lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran gender dengan orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak akan hak dan tanggung jawabnya.
               Puncak yang diharapkan dari tujuan pengembangan moral anak Taman Kanak-kanak adalah adanya keterampilan afektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya, serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan teman di sekitarnya.

               Hal yang bersifat subtansial tentang pengembangan moral anak usia Taman Kanak-kanak diantaranya adalah pembentukan karakter, kepribadian, dan perkembangan sosialnya. Guru Taman Kanak-kanak harus menguasai strategi pengembangan emosional, sosial, moral dan agama bagi anak Taman Kanak-kanak. Juga, guru Taman Kanak-kanak perlu untuk senantiasa mengadakan penelitian tentang pengembangan dan inovasi dalam bidang pendidikan bagi anak usia prasekolah.

Tahapan Perkembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak

Tahapan Perkembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak
               Ruang lingkup tahapan perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan  dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam mematuhi, melaksanakan/menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan nilai moral.
               Anak berpikir tentang moralitas dalam 2 tahap, yaitu cara heteronomous (4-7 tahun), dimana anak menganggap kedilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia dan cara autonomous ( 10 tahun keatas) di mana anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum itu diciptakan oleh manusia.
               Perkembangan moral anak usia prasekolah berada pada level yang paling dasar, yaitu penalaran moral prakonvensional. Pada tingkatan ini anak belum menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral. Pertimbangan moralnya didasarkan pada akibat-akibat yang bersifat fisik dan hedonistik.

               Ada 4 area perkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pengembangan atau pendidikan usia prasekolah, yaitu perkembangan fisik, sosial emosional, kognitif dan bahasa.

Pengembangan Moral Anak Indonesia

Pengembangan Moral Anak Indonesia
               Anak Indonesia memiliki perkembangan moral yang tidak jauh berbeda dengan anak di dunia pada umumnya. Faktor-faktor pembentuk munculnya perbedaan moral manusia diantaranya kenyataan hidup, tantangan yang dihadapi, dan harapan yang dicita-cita oleh komunitas manusia itu sendiri.

               Masalah yang paling penting dalam pendidikan moral bagi anak Indonesia adalah bagaimana upaya kita sebagai seorang pendidik Taman Kanak-kanak agar setiap perbedaan yang muncul dapat kita arahkan menjadi suatu materi pendewasaan sikap dan perilaku anak dalam sosialisasinya. Tidak ada salahnya kita sisipkan pendidikan multikultur kepada anak usia Taman Kanak-kanak sesuai dengan tingkat dan pemahaman mereka.

Disonansi Moral

Disonansi Moral
               Hakikat anak sebagai manusia pada umumnya memiliki 3 tenaga dalam yaitu Id, Ego, dan Super Ego yang akan memberikan pengaruh untuk melakukan berbagai kegiatan positif maupun negatif. Sebagai pendidik Taman Kanak-kanak kita harus mencermatinya agar dapat memberikan motivasi untuk mengarahkan pada kegiatan yang positif. Pendidikan akan sangat berarti bagi anak didik jika mampu membuahkan hasil, yaitu adanya perubahan sikap dan perilaku ke arah positif.
               Dalam teori penanaman moral dan etika, dikenal adanya istilah disonansi moral yang berarti gema, atau echo yang ada pada diri manusia yang bersifat melemahkan suara hati dan prinsip-prinsip, serta keyakinan dalam proses pendidikan maupun kehidupan. Lawan dari Disonansi Moral adalah Resonansi, yang justru mengukuhkan/menekankan adanya gema atau getar nilai, norma dan moral yang telah diketahui seseorang dari proses pendidikan sebelumnya. Peranan pendidik dan orangtua dalam hal ini adalah sebagai pengontrol dan pengendali perilaku dan sikap anak didik kita, dalam proses pendidikan yang merekajalani. Peranan Resonansilah yang patut kita tekankan dalam kegiatan pendidikan yang perlu kita desain bersama.

               Diri manusia memiliki struktur psikologis yang bertugas mengalirkan dorongan-dorongan atau energi psikis yang ada. Struktur ini berfungsi sebagai mediator atau dorongan dan perilaku seseorang.

Penyebab Disonansi Moral

Penyebab Disonansi Moral
               Munculnya disonansi pada diri manusia disebabkan adanya beberapa faktor penyebab, seperti disonansi kognitif, disonansi personal, disonansi sosiopolitis dan disonansi pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan pola modernisasi.
               Disonansi kognitif muncul karena adanya rasa lebih tahu segalanya, mengetahui cara/jalan keluarnya jika suatu saat perbuatannya diketahui, merasa lihai dalam memberikan argumentasi. Disonansi personal muncul didorong oleh kebutuhan dan kepentingan diri, ketergesaan, dan keadaan darurat, kekerabatan dan keluarga, keyakinan diri dan mitos, kebiasaan dan budaya, tugas dan jabatan, dan hasrat untuk sukses dan kesenangan. Disonansi sosiopolitis dimungkinkan oleh adanya faktor ideologi, ras dan kesukuan, nasionalisme dan sebagainya.

               Keterbukaan dalam komunikasi, peningkatan mobilitas dan pengenduran integritas manusia, pola hidup dan pola pikir yang rasional, materealisme, individualisme, daya tarik kehidupan sosial, dan peningkatan persaingan telah menjadi masalah kehidupan yang harus kita cermati bersama dalam menyelamatkan anak didik kita masing-masing.

Pendekatan Pengembangan Moral bagi Anak Taman Kanak-kanak

Pendekatan Pengembangan Moral bagi Anak Taman Kanak-kanak
               Setiap tindakan pendidik atau orangtua dalam melakukan suatu kegiatan pendidikan seyogyanya dilandasi oleh keputusan profesional yang diambil berdasarkan informasi dan pengetahuan yang sekurang-kurangnya meliputi 3 hal, yaitu apa yang diketahui tentang proses belajar dan perkembangan anak, apa yang diketahui tentang kekuatan, minat dan kebutuhan setiap individu anak di dalam kelompoknya, serta pengetahuan tentang konteks sosial kultural di mana anak hidup.

               Hal yang perlu menjadi bahan pemahaman para pendidik dan orangtua dalam rangka menentukan pendekatan yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar adalah pengetahuan tentang  teknik membentuk tingkah laku anak. Teknik itu meliputi teknik memahami, mengabaiakan, mengalihkan perhatian, keteladanan, hadiah, perjanjian, membentuk, mengubah lingkungan rumah, memuji, mengajak, menantang, menggunakan akibat yang wajar dan alamiah, sugesti, meminta, peringatan atau isyarat, kerutinan dan kebiasaan, menghasapkan suatu problem, memecahkan perselisihan, menentukan batas-batas aturan, menimpakan hukum, penentuan waktu dan jumlah hukuman, serta melakukan pengendalian secara fisik.

Macam-macam Pendekatan dan Metode untuk Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak

Macam-macam Pendekatan dan Metode untuk Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak
               Untuk pengembangan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai agama, dan moralitas agar anak dapat menjalani hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat. Dalam menentukan suatu pendekatan dan metode yang akan dipergunakan pada program kegiatan anak, pendidik perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar.

               Metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia Taman Kanak-kanak untuk kepentingan pengembangan dan pembelajaran moral dan agama anak diantaranya, bercerita, karya wisata, bernyanyi, mengucapkan sajak, dan sebagainya. Ada beberapa macam cara bercarita yang dapat dipergunakan antara lain pendidik membacakan langsung dari buku, menggunakan ilustrasi buku gambar, menggunakan papan flannel, menggunakan boneka, dan bermain peran dalam suatu cerita.

Materi Inti dan Contoh Penyusunan Perencanaan Penanaman dan Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak

Materi Inti dan Contoh Penyusunan Perencanaan Penanaman dan Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak
               Program pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak di Taman Kanak-kanak. Melalui program ini diharapkan anak dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang dimaksud meliputi pembentukan moral agama, pancasila, perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat dan disiplin.
               Tujuan dari program pembentukan perilaku adalah untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai-nilai moral agama dan pancasila.

               Kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai pada aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama adalah kemampuan melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan tuhan dan mencintai sesama.

Penyusunan Strategi dalam Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak

Penyusunan Strategi dalam Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak
               Pengembangan dan pendidikan moral bagi anak Taman Kanak-kanak berdasarkan GBPKB TK, kurikulum berbasis kompetensi, dan menu pembelajaran anak usia dini memiliki substansi ruang lingkup kajian sebagai berikut
               1.            latihan hidup tertib dan teratur
               2.            aturan dalam melatih sosialisasi
               3.            menanamkan sikap tenggang rasa dan toleransi
               4.            merangsang sikap berani, banga dan bersyukur, bertanggungjawab
               5.            latihan pengendalian emosi

               6.            melatih anak untuk dapat menjaga diri sendiri

Alat Penilaian dalam Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak

Alat Penilaian dalam Pengembangan Moral Anak Taman Kanak-kanak
               Penilaian bertujuan untuk mengetahui ketercapaian kemampuan yang telah ditetapkan dalam GBPKBTK. Penilaian hasil belajar anak didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar anak didik secara berkesinambungan.
               Prinsip-prinsip penilaian adalah menyeluruh, berkesinambungan, berorientasi pada proses dan tujuan, objektif, mendidik, kebermaknaan, dan kesesuaian.
               Pada saat kita akan melakukan penilaian dalam berbagai hal termasuk didalamnya menilai perkembangan moral, kita perlu menentukan alat penilaian yang tepat dengan kondisi anak yang sesungguhnya. Alat pendukung tersebut adalah:
               1.            pengamatan dan pencatatan anekdot

2.            pemberian tugas meliputi tes perbuatan dan pertanyaan lisan sebagai latihan mengungkapkan gagasan dan keberanian berbicara.

Macam-macam Strategi Perencanaan Penilaian dalam Pengembangan Moral Anak Usia Taman Kanak-kanak

Macam-macam Strategi Perencanaan Penilaian dalam Pengembangan Moral Anak Usia Taman Kanak-kanak
               Untuk mengekspresikan proses kegiatan belajar, guru perlu melakukan penilaian atau evaluasi. Penilaian perlu dilaksanakan agar guru TK mendapat umpan balik tentang kualitas keberhasilan dalam kegiatan anak yang diarahkan untuk pengembangan perilaku dan moralitas secara keseluruhan.

               Penilaian yang dilakukan guru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar, baik yang menggunakan metode bercakap-cakap, bercerita, maupun bermain peran. Tanpa adanya penilaian, tidak dapat diketahui secara rinci apakah tujuan pengembangan aspek perilaku dan moralitas anak dapat dicapai secara maksimal. Hasil penilaian kualitas keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tesebut, memberikan masukan kepada guru untuk membuat keputusan pembelajaran, dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode tersebut di masa yang akan datang.

Esensi Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak Taman Kanak-kanak

Esensi Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak Taman Kanak-kanak
               TK merupakan lembaga pendidikan yang pertama, yang keberadaannya sangat strategis untuk menumbuhkan jiwa keagamaan kepada anak-anak, agar mereka menjadi orang-orang yang kuat, terbiasa, dan peduli terhadap segala aturan agama yang diajarkan kepadanya.
               Pendidikan niali-nilai keagamaan merupakan fondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu sudah tertanam serta terpatri dalam setiap insan sejak dini, hal ini merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani jenjang pendidikan selanjutnya.

               Bangsa ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Nilai nilai keagamaan ini pun dikehendaki agar menjadi motivasi spiritual bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila-sila pertama dan sila berikutnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan yang merupakan kunci dalam membentuk kehidupan manusia ke arah peradabannya menjadi sesuatu yang sangat strategis dalam mencapai tujuan itu semua.

Potret, Hakikat, dan Target Anak Taman Kanak-kanak dalam Belajar Nilai-nilai Keagamaan

Potret, Hakikat, dan Target Anak Taman Kanak-kanak dalam Belajar Nilai-nilai Keagamaan
               Setiap potensi apapun yang muncul dari anak seyogianya kita kembangkan dengan jelas dan terprogram dengan baik. Tidak hanya perkembangan bahasa, daya pikir, keterampilan dan jasmani saja, namun aspek keagamaan pun harus menjadi salah satu pokok pengembangan dan pembinaan yang harus dikelola, diprogram dan diarahkan dengan sempurna.
               Kaitannya dengan hakikat belajar anak TK pada nilai-nilai keagamaan, seharusnya kita pahami bahwa hal itu harus berorientasi pada fungsi pendidikan di TK itu sendiri, yaitu sebagai fungsi adaptasi, fungsi pengembangan dan fungsi bermain. Penyelenggaraannya pun harus sesuai dengan 6 prinsip, yaitu prinsip pengamatan, peragaan, bermain sambil belajar, otoaktivitas, kebebasan dan prinsip keterkaitan dan keterpaduan.

               Target dalam mengembangkan nilai-nilai keagamaan kepada anak TK adalah diharapkan mampu mewarnai pertumbuhan dan perkembangan dari diri mereka. Sehingga diharapkan akan muncul suatu dampak positif yang berkembang meliputi fisik, akal pikiran, akhlak, perasaan kejiwaan, estetika, dan kemampuan sosialisasinya diwarnai dengan nilai-nilai keagamaan.

Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanak

Ruang Lingkup Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanak
               Berdasarkan GBPKB TK, pengembangan nilai-nilai agama untuk anak TK berkisar pada kegiatan kehidupan sehari-hari. Secara khusus penanaman nilai-nilai keagamaan bagi anak TK adalah meletakkan dasar-dasar keimanan, kepribadian atau budi pekerti yang terpuji dan kebiasaan ibadah sesuai dengan kemampuan anak.
               Ada 3 aspek yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan kepada anak TK, yaitu aspek usia, aspek fisik, dan aspek psikis anak.
               Rasa keagamaan dan nilai nilai keagamaan akan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan psikis maupun fisik anak. Perhatian anak terhadap nilai-nilai dan pemahaman agama akan muncul manakala mereka sering melihat dan terlibat dalam upacara-upacara keagamaan, dekorasi dan keindahan rumah ibadah, rutinitas, ritual orangtua dan lingkungan sekitar ketika menjalankan peribadatan.

               Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi  perkembangan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, yaitu faktor pembawaan, dan faktor lingkungan.

Sifat-sifat Pemahaman Anak Taman Kanak-kanak pada Nilai Keagamaan

Sifat-sifat Pemahaman Anak Taman Kanak-kanak pada Nilai Keagamaan
               Sifat-sifat pemahaman anak usia TK terhadap nilai-nilai keagamaan pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di antaranya:
1.            pemahaman dan kemampuan anak dalam mempelajari nilai-nilai agama sering menampilkan suatu hal yang tidak serius. Mereka melakukan kegiatan ibadah pun dengan sikap dan sifat dasar yang kekanak-kanakan. Tidak mampu memahami konsep agama dengan mendalam.
2.            dalam mempelajari nilai-nilai agama, anak usia TK terkadang belum mampu bersikap dan bertindak konsisten. Anak lebih terfokus pada hal-hal yang menguntungkan dirinya.
3.            anak akan mengalami salah pengertian dalam memahami suatu ajaran agama yang banyak bersifat abstrak.
4.            kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri mereka dengan cara memperkenalkan istilah, bacaan, dan ungkapan yang bersifat agamis. Seperti memberi latihan menghafal, mengucapkan, memperagakan, dan sebagainya.
5.            anak banyak belajar dari apa yang mereka lihat secara langsung. Mereka banyak meniru dari apa yang pernah dilihatnya sebagai sebuah pengalaman belajar.

               Dengan demikian guru dan orangtua harus memperhatikan sifat-sifat tersebut untuk kepentingan menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat buat anak. Kita harus tetap melakukan pendekatan progresif dan penyadaran jiwa dan kepribadian mereka.

Pokok-pokok Materi Pengembangan Nilai Keagamaan pada Anak Taman Kanak-kanak

Pokok-pokok Materi Pengembangan Nilai Keagamaan pada Anak Taman Kanak-kanak
               Dalam proses pembinaan dan pengembangan nilai-nilai agama bagi anak usia TK, muatan materi pembelajarannya harus bersifat:
1.            materi pembelajaran harus bersifat terapan, yang berkaitan dengan kegiatan rutin anak sehari-hari dan sangat dibutuhkan untuk kepentingan aktivitas anak, serta yang dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
2.            pengajaran materi dan materi yang dipilih diupayakan mampu membuat anak senang, menikmati dan mau mengikuti dengan antusias
3.            materi yang disajikan dapat dipraktekkan sesuai dengan kemampuan fisik dan karakter lahiriah anak
               Ada beberapa prinsip dasar dalam rangka menyampaikan materi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak TK di antaranya:
               1.            penekanan pada aktifitas anak sehari-hari
               2.            pentingnya keteladanan dari lingkungan dan orangtua atau keluarga anak
               3.            kesesuaian dengan kurikulum spiral
               4.            prinsip DAP
               5.            prinsip psikologi perkembangan anak

               6.            prinsip monitoring yang rutin

Setrategi Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan di Taman Kanak-kanak

Setrategi Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan di Taman Kanak-kanak
               Dalam rangka mencapai keberhasilan pembentukan kepribadian anak agar mampu terwarnai dengan nilai-nilai agama maka perlu didukung oleh unsur keteladanan dari orangtua dan guru. Untuk tujuan tersebut dalam pelaksanaannya guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara bertahap dan menyusun program kegiatan seperti program kegiatan rutinitas, program kegiatan terintegrasi dan program kegiatan khusus.

               Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan harian yang dilaksanakan secara terus menerus namun terprogram dengan pasti. Kegiatan terintegrasi adalah kegiatan pengembangan materi nilai-nilai agama yang disisipkan melalui pengembangan bidang kemampuan dasar. Sedangkan kegiatan khusus merupakan program kegiatan yang pelaksanaannya tidak dimasukkan atau tidak harus dikaitkan dengan pengembangan bidang kemampuan dasar lainnya, sehingga membutuhkan waktu dan penanganan khusus.

Perencanaan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Taman Kanak-kanak

Perencanaan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Taman Kanak-kanak
               Dalam pengembangan nilai-nilai agama, desain perencanaan menjadi sesuatu yang sangat esensial. Perencanaan dapat diartikan sebagai sesuatu aktivitas pemikiran, perkiraan penyusunan suatu rancangan kegiatan yang menggambarkan hal-hal yang harus dikerjakan, dan cara mengerjakannya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
               Perencanaan dapat dimasukkan melalui pembuatan SKH dan SKM dengan pendekatan terpadu, mengikuti sajian materi yang akan disampaikan dengan menetapkan pola kurikulum spiral.

               SKM merupakan langkah pertama dalam membuat rencana pembelajaran di TK. Untuk perencanaan harian guru diharapkan membuat SKH yang merupakan penjabaran dari SKM. Satuan kegiatan harian harus mengandung unsur kegiatan, waktu, kemampuan, media, metode dan penilaian. Perencanaan kegiatan harian terdiri dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan makan dan istirahat, dan kegiatan penutup.

Pendekatan Inovatif untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanak

Pendekatan Inovatif untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak Taman Kanak-kanak
               Pengembangan nilai-nilai agama di TK berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan di TK.
               Untuk melaksanakan program pembelajaran nilai-nilai agama tersebut guru harus mempelajari berbagai pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, menyiapkan kurikulum yang komprehensif, dan adanya kesinambungan antar satu program pengembangan dengan program lainnya.

               Alternatif inovasi dalam rangka meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik adalah perlu adanya kurikulum terpadu, pendekatan pembelajaran terpadu, dan hari terpadu.

Prinsip-prinsip Inovasi untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Taman Kanak-kanak

Prinsip-prinsip Inovasi untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Taman Kanak-kanak
               Beberapa inovasi pendekatan pembelajaran termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai agama bagi anak TK antara lain pengalaman belajar, belajar aktif, dan belajar proses.
               Upaya yang dapat dilakukan oleh orangtua dan guru dalam rangka mengembangkan cinta belajar pada diri anak adalah sebagai berikut:
               1.            kasih sayang
               2.            perlindungan dan perawatan
               3.            waktu yang diberikan kepada anak
               4.            lingkungan belajar yang kondusif
               5.            belajar bersikap adalah belajar nilai
               6.            belajar moral di usia dini
               Upaya tersebut didasarkan pada prinsip developmentally appropriate practice dan prinsip enjoyable.
               Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi pendekatan dan pengembangan nilai-nilai agama pada anak TK adalah sebagai berikut
               1.            berorientasi pada kebutuhan anak
               2.            belajar melalui bermain
               3.            kreatif dan inovatif
               4.            lingkungan yang kondusif
               5.            menggunakan pembelajaran terpadu
               6.            mengembangkan keterampilan hidup
               7.            menggunakan berbagai media dan sumber belajar

               8.            pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak

Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan

Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
               Mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Metode dan pendekatan ini berfungsi sebagai nilai untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan pendekatan, guru perlu memperhatikan berbagai hal seperti tujuan yang hendak dicapai, karakteristik anak, jenis kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/subtema yang dipilih.
               Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran kontekstual melibatkan 7 komponen utama pembelajaran efektif, antara lain adalah kontruktivisme, refleksi dan penilaian sebenarnya.

               Beberapa model pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dunia anak TK antara lain bermain peran, karya wisata, bercakap-cakap, demonstrasi, proyek, bercerita, pemberian tugas dan keteladanan serta bernyanyi

Contoh Desain Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Nilai-nilai Keagamaan bagi Anak Taman Kanak-kanak

Contoh Desain Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Nilai-nilai Keagamaan bagi Anak Taman Kanak-kanak 
               Penyusunan desain pembelajaran nilai-nilai keagamaan ini harus mempertimbangkan berbagai hal di antaranya kesesuaian tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, berorientasi pada anak, menggunakan langkah-langkah kegiatan standar dan mengacu pada tujuan dan hasil belajar yang nyata.

               Hal-hal yang harus tercantum dalam format pembelajaran nilai-nilai keagamaan adalah tema, subtema, kelas/semester, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, metode/teknik, KBM, media pendukung, target kompetensi, dan penilaian yang meliputi lembar observasi dan waktu penilaian.

Instrumen Penilaian dalam Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak Taman Kanak-kanak

Instrumen Penilaian dalam Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak Taman Kanak-kanak
               Penilaian itu melaksanakan pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan anak pada saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik penilaian yang ideal adalah dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif formasi, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back.
               Untuk menjaring data hasil belajar, anda dapat menggunakan hal-hal yang bisa memberikan masukan penilaian prestasi anak seperti anak seperti hasil dari kegiatan /proyek, pekerjaan rumah, karya wisata, penampilan anak, demonstrasi, dan catatan observasi.

               Instrumen yang dapat anda digunakan untuk penilaian  di TK dengan memperhatikan sifat dan karakteristik adalah hasil kerja anak yang meliputi hasil karya, hasil penugasan, kinerja anak, tes tertulis, dan format observasi.

Petunjuk Penggunaan Instrumen Penilaian Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak Taman Kanak-kanak

Petunjuk Penggunaan Instrumen Penilaian Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak Taman Kanak-kanak
               Alat penilaian yang digunakan untuk menilai bidang pengembangan nilai-nilai agama adalah sebagai berikut pengamatan dan pencatatan anekdot, penugasan melalui tes perbuatan, pertanyaan lisan dan menceritakan kembali.

               Hal-hal yang dapat dicatat guru sebagai  bahan penilaian adalah anak-anak yang belum dapat menyelesaikan tugas dan anak-anak yang dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, kebiasaan anak yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan kejadian-kejadian penting yang terjadi pada hari penulisan pelaporan hasil penilaian pada laporan perkembangan anak. Sebelum uraian, terlebih dahulu dilaporkan perkembangan anak secara umum untuk tiap-tiap program pengembangan. Untuk laporan secara lisan dapat dilaksanakan dengan bertatap muka dan mengadakan hubungan atau informasi timbal balik antara pihak TK dan orangtua dari si anak.

Pengertian Filsafat

Pengertian Filsafat

               Istilah filsafat memiliki makna cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Para filsuf alam mengemukakan pandangannya tentang dasar atau asal mula segala sesuatu atau peristiwa yang terdapat dalam alam ini. Asal atau dasar dari segala sesuatu ialah Air (Thales), Udara (Anaximenes), Api (Herakleitos), Bilangan atau angka (Phytagoras), Atom atom dan ruang kosong (Leukippor dan Demokritos)  dan terjadinya percampuran antara empat unsur utama yakni air, api, udara, tanah yang memiliki sifat yang berbeda menurut Empedokles. Pandangan lain dikemukakan oleh 3 filsuf besar yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Bagi Socrates yang merupakan asas hidup manusia adalah jiwa. Plato berpendapat bahwa ide merupakan dasar dari segala realitas yang tampak, sedangkan Aristoteles mengemukakan pentingnya logika bagi perkembangan pemikiran manusia menuju kebenaran.

Beberapa Pandangan dan Cabang Filsafat

Beberapa Pandangan dan Cabang Filsafat
               Pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas yang tampak oleh indra manusia adalah bayangan dari ide yang merupakan realitas yang fundamental.implikasi dari pandangan ini adalah adanya kecenderungan dari kelompok yang mengikutinya untuk menghormati budaya dan tradisi serta hal-hal yang bersifat spiritual.
               Humanisme memiliki 2 arah yakni humanisme individu dan humanisme sosial. Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan pendapat, dari berbagai aktifitas kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian, kesusasteraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu ke alaman. Humanisme sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk kesejahteraan sosial dan perbaiakn hubungan antar manusia.
               Aliran empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman. Dengan demikian, kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriory yang berarti post to experience.
               Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio seseorang. Kritinisme menjembatani kedua pandangan, yaitu rasionalisme dan empirisme. Empirisme menghasilkan keputusan-keputusan yang bersifat sintetis yang tidak bersifat mutlak, sedangkan rasionalisme memberikan keputusan yang bersifat analitis. Berpikir merupakan proses penyusunan keputusan yang terdiri dari subjek dan predikat.
               Kontruktivisme intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Filsafat dibagi dalam beberapa cabang atau bagian filsafat, yaitu epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu.

               Epistemologi membahas hal-hal yang bersifat mendasar tentang pengetahuan. Metafisika dikemukakan oleh Andronikos dari kumpulan tulisan Aristoteles yang membahas hakikat berbagai realitas yang diamati oleh manusia dalam dunia nyata. Logika menekankan pentingnya penalaran dalam upaya menuju kebenaran. Etika disebut juga sebagai filsafat moral karena menitikberatkan pembahasannya pada masalah baik dan buruk, kesusilaan dalam kehidupan masyarakat. Estetika menekankan pada pembahasan keindahan, sedangkan filsafat ilmu membahas hakikat ilmu, penerapan metode filsafat untuk menemukan alas realitas yang dipersoalkan oleh ilmu.

Perkembangan Ilmu, Ilmu kealaman dan Ilmu Sosial

Perkembangan Ilmu, Ilmu kealaman dan Ilmu Sosial
               Pada dasarnya, pengetahuan merupakan hasil tahu tentang sesuatu yang diperoleh melalui suatu usaha. Ada 3 macam pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa atau pengetauan indrawi, pengetahuan ilmiah atau ilmu, dan pengetahuan filsafati atau filsafat.
               Pengetauan ilmiah atau ilmu berasal dari filsafat yang kemudian berkembang menjadi berbagai disiplin ilmu, baik yang termasuk kelompok ilmu kealaman maupun kelompok ilmu sosial. Disiplin-disiplin ilmu kealaman menghasilkan produk teknologi yang pemanfaatannya didukung oleh ilmu-ilmu lain.
               Tragedi kemanusiaan sebagai akibat digunakannya bom atom, menyadarkan manusia akan perlunya mempersoalkan pengembangan ilmu pada moralitas, norma, etika, dan spiritualitasnya. Pada dasarnya, nilai suatu pengembangan ilmu itu perlu ditinjau sejauh mana ilmu itu dapat menyumbangkan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya mereka. Oleh karena itu, pemahaman tentang filsafat ilmu amat diperlukan.
               Dalam kegiatan belajar ini hanya dibahas kelompok ilmu kealaman dan ilmu sosial saja. Ilmu pendidikan sudah termasuk dalam ilmu sosial. Beberapa pandangan tentang sains mempunyai arti ganda, yakni sebagai ilmu pada umumnya dan sebagai ilmu yang mempelajari alam semesta saja.

               Mula-mula yang dipelajari orang adalah pengetahuan tentang alam yang merupakan lingkungan fisik individu, barulah kemudian berkembang ilmu sosial. Sains yang berarti ilmu kealaman pada dasarnya mensyaratkan adanya eksperimen. Ilmu pendidikan termasuk pendidikan bidang studi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial.

Kajian Bidang-bidang Filsafat Ilmu

Kajian Bidang-bidang  Filsafat Ilmu

               Kajian filsafat ilmu pada dasarnya, meliputi bidang-bidang kajian ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi membahas hakikat ilmu , pandangan terhadap ciri-ciri atau sifat ilmu. Epistemologi membahas bagaimana memperoleh pengetahuan dalam kaitannya dengan logika, filsafat bahasa, dan ilmu-ilmu lain. Aksiologi membahas manfaat ilmu tertentu bagi kehidupan masyarakat.

Metode Ilmiah

Metode Ilmiah
               Metode ilmiah adalah cara yang digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Langkah-langkahnya;
               1.            penetapan atau perumusan masalah
               2.            penyusunan kerangka berpikir
               3.            perumusan hipotesis
               4.            pengujian hipotesis
               5.            penarikan kesimpulan
               Metode ilmiah dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya  dengan objek studi dan bukan mencocokkan objek studi dengan metode. Jika setiap upaya dinyatakan sebagai upaya ilmiah, pertanyaan dasar yang diajukan sebagai tantangan terhadapnya ialah ada tidaknya sistem dan metode yang menjadi pedoman.
               Perlu anda pahami bahwa pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran itu bersumber pada rasio atau pada fakta. Paham rasionalisme  menyatakan bahwa rasio adalah sumber kebenaran, sedangkan empirisme berpendapat bahwa fakta yang tertangkap melalui pengalaman merupakan sumber kebenaran.
               Tidak semua data dapat di kuantitatifkan dan dianalisis secara statistik. Misal, dalam penelitian deskriptif, eksploratif, studi kasus, menggunakan wawancara atau angket dan tidak harus menggunakan statistik. Metode penelitian seperti ini juga merupakan metode yang ilmiah. Dalam perkembangannya, metode ilmiah juga dimiliki oleh penelitian-penelitian sosial atau non IPA lainnya meskipun langkah-langkahnya berbeda. Hipotesis yang berupa pernyataan rasional perlu disukung oleh fakta-fakta empiris.

               Untuk itu, fakta-fakta yang relavan harus dikumpulkan untuk menilai apakah hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta atau tidak. Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan kemudian di analisis dan diinterpretasikan  melalui penelitian yang menggunakan eksperimen atau tanpa eksperimen untuk mengetahui apakah data empiris tadi mendukung atau tidak mendukung hipotesis itu.

Kebenaran dan Sikap Ilmiah

Kebenaran dan Sikap Ilmiah
               Paradikma merupakan cara pandang kelompok ilmuwan tertentu dalam menghadapi suatu masalah. Dalam kajian tertentu, mereka sepakat menerima praktik-praktik, hukum, teori, konsep-konsep dan instrumen yang dipilih sehingga melahirkan tradisi penelitian tertentu untuk mencari kebenaran.
               Beberapa paradikma untuk mencari kebenaran adalah paradikma logika, paradikma ilmiah, paradikma modus operandi. Paradikma logika memandang bahwa kebenaran dapat ditunjukkan apabila ada konsistensi dengan aksioma dan definisi-definisi yang berlaku. Menurut paradikma lilmiah, kebenaran diperoleh setelah hipotesis diverivikasi melalui eksperimen. Teknik yang dilakukan paradikma naturalistik adalah studi lapangan. Dengan pengalaman yang cukup dalam meneliti fenomena di lapangan akan diperoleh kesimpulan yang memang tidak dapat dilakukan. Paradikma modus operandi memandang bahwa kebenaran diperoleh dengan melakukan pengujian atau penelitian secara periodik.
               Kebenaran ilmiah dapat diperoleh melalui berbagai cara yang dilandasi oleh paradikma tertentu. Di dunia ini tidak ada hal yang benar-benar mutlak sebab kebenaran mutlkak hanya ada pada Tuhan. Ada di dunia hanyalah kebenaran tentatif, validitas ilmiah.
               Sikap ilmiah merupakan hal yang sangat penting sebab sikap ilmiah ini sebagai kekuatan moral untuk memilih dan menggunakan metode ilmiah dalam menemukan kebenaran ilmiah.
               Metode berpikir kritis berbeda dalam disiplin ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Berpikir kritis harus dilatihkan guru melalui disiplin-disiplin tertentu.
               Skeptis adalah sifat tidak mudah percaya, selalu meragukan sebelum sesuatu dapat dibuktikan. Sikap ini akan mendorong ilmuan untuk meneliti kembali pekerjaan ilmuwan sebelumnya.

               Informasi tentang hasil penelitian biasanya memperoleh tanggapan atau saran dari sesama ilmuwan. Sikap ilmuwan harus berani menerima kritik dengan lapang dada.

Peranan Logika

Peranan Logika
               Alasan yang dikemukakan dalam berargumentasi ilmiah haruslah melalui jalan pikiran atau penalaran yang mengikuti aturan atau pedoman tertentu sehingga jalan pikiran itu tidak kacau. Ilmu yang mempelajari atau meneliti asas-asas dan hukum-hukum yang mengatur pemikiran manusia agar dapat dilakukan secara tertib dan dapat mencapai kebenaran disebut logika.
               Logika merupakan kondisi dan tuntutan fundamental mutlak untuk memperkokoh eksistensi ilmu pada umumnya, yang secara sistematis meneliti, merumuskan, dan menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berpikir dengan tepat, lurus, dan teratur.
               Berpikir adalah suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah untuk mengolah, pengetahuan yang kita terima melalui indra kita, ditujukan untuk mencapai kebenaran. Berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri di dalam batin, sedangkan kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
               Suatu argumen dikatakan valid atau sahih apabila kesimpulan yang terdapat pada argumen tersebut mempunyai kaitan dengan premis-premis sedemikian rupa sehingga kesimpulan itu benar apabila premis-premis yang mendahuluinya benar.

               Peranan logika menjadi penting karena pada dasarnya logika mengevaluasi validitas suatu argumen, sedangkan argumen merupakan salah satu syarat bagi pengembangan ilmu. Tanpa menggunakan logika dalam mengemukakan penalarannya para ilmuwan tidak mungkin dapat mengembangkan ilmunya.

Argumen Deduktif dan Induktif

Argumen Deduktif dan Induktif
               Silogisme adalah argumen yang terdiri atas dua buah premis atau lebih yang memberikan bukti-bukti dari sebuah kesimpulan yang diperoleh dari premis-premis tersebut.
               Peranan silogisme kategorik yang dilandasi oleh logika, menjadi pedoman untuk menyatakan pikiran secara tertib dan teratur. misalnya, dalam percakapan sehari-hari atau dalam rapat serta diskusi seringkali kita harus mengemukakan suatu pernyataan yang diinginkan dapat diterima oleh semua pihak.
               Keputusan bersyarat dinyatakan benar jika hubungan bersyarat di dalamnya itu benar.
               Silogisme merupakan argumen deduktif apabila melibatkan, bukti-bukti yang mendukung kesimpulan atau pembuktian. Pernyataan-pernyataan dalam argumen bermula dari yang bersifat umum menuju kesimpulan yang merupakan pernyataan yang bersifat lebih khusus atau kurang umum. Premis mayor menyatakan suatu syarat yang menjadi gantungan benar tidaknya konsekuen, sedangkan premis minor menyatakan dipenuhinya syarat itu. Dengan demikian, kesimpulan menyatakan benarnya konsekuen.
               Pada argumen deduktif kita menarik kesimpulan berdasarkan apa yang tersedia dalam kedua premis, sedangkan pada argumen induktif kita berangkat dari beberapa contoh atau kasus yang dalam banyak hal belum teruji kebenarannya serta membuat generalisasi yang berupa kesimpulan yang belum pasti.
               Bagi ilmuwan, hasil penelitian secara ilmiah ssebagai suatu proses menalar secara induktif merupakan keyakinan individual yang akan senantiasa dipertahankan.
               Apabila pada kurun waktu tertentu timbul teori dan hukum baru sebagai hasil generalisasi induktif yang teruji serta didukung kuat, oleh bukti-bukti baru maka teori atau hukum yang lama dapat ditinggalkan atau tidak diakui lagi kebenarannya.
               Pengambilan kesimpulan secara induktif yang kurang didukung oleh data yang akurat atau sampel yang diambil kurang representatif akan mengakibatkan kesalahan.

               Pada argumen induktif probabilitas generalisasi induktifnya tergantung pada kualitas hal-hal khusus yang mendukungnya.

Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan

Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
               Tujuan filsafat pendidikan adalah memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.
               Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan.
               Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
               Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik.

               Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subjek terkait, agar tidak terjadi salah konsep  atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan

Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan
               Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misal idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme.
               Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia.
               Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik sa ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
               Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidupo bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
               Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak. Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral.
               Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodivikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yan sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggungjawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

               Menurut paham kontruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu  mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.

Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pemecahan Masalah Pendidikan

Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pemecahan Masalah Pendidikan
               Pendekatan CBSA dalam belajar adalah melaksanakan prinsip-prinsip pengaktifan peserta didik dalam belajar. Dengan demikian, situasi belajar harus menantang dan merangsang daya cipta serta kreativitas peserta didik untuk berpikir dan menemukan sendiri atau membangun pengetahuan yang berupa konsep-konsep secara mandiri.
               Prinsip-prinsip dalam CBSA meliputi prinsip motivasi, prinsip latar belakang, prinsip keterangan pada fokus tertentu, prinsip hubungan sosial, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip perbedaan individu, prinsip ingin mengetahui, dan prinsip pemecahan masalah.
               Langkah-langkah dalam melaksanakan keterampilan proses adalah dimulai dari menyadari adanya masalah, kemudian merumuskan masalah. Pada akhirnya ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Keterampilan-keterampilan mendasar dalam keterampilan proses, meliputi mengamati atau mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, membuat hipotesis, merencanakan eksperimen, menginterpretasi data, melakukan inferensi, memprediksi, mengaplikasikan, dan mengkomunikasikan.
               Nilai merupakan tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia, merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar, ditata menurut susunan tingkatannya. Antara lain urutannya, pertama-tama dinilai dengan nilai hedonis (kenikmatan), lalu nilai utulitaris (kegunaan), kemudian berturut-turut nilai dari segi biologi, nilai dari estetika (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (susila, baik), dan paling tinggi adalah nilai religius.
               Latar belakang pemikiran program STM adalah bahwa peserta didik yang telah belajar sains di sekolah tidak dapat menggunakan atau menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di sekolah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya atau menganalisis isu-isu yang ada di lingkungannya. Pengajaran sains dirasakan membosankan atau terlalu sukar. Reformasi dalam pendidikan sains ini dilaksanakan di Amerika pada tahun 1980.

               Pendekatan STM di Indonesia dapat digunakan untuk topik-topik yang berkaitan dengan kebutuhan dan fenomena di masyarakat. Jadi seharusnya dapat pula dilakukan dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial. Andaikata pendekatan ini dilakukan 2 kali dalam satu semester tampaknya sudah menambah kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Disamping itu pendekatan STM diharapkan dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan transfer belajar. daya analisis dan kreativitas peserta didik dalam menyelesaikan masalah di lingkungan masyarakat.

Peranan Penelitian Tindakan Kelas dalam Mengatasi Masalah Pembelajaran

Peranan Penelitian Tindakan Kelas dalam Mengatasi Masalah Pembelajaran
               Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pendekatan dalam memecahkan masalah pendidikan. di samping itu, dapat memerankan guru sebagai pendidik sekaligus dapat berperan sebagai peneliti dalam memecahkan masalah pendidikan.
               Penelitian tindakan kelas terjadi apabila guru ingin tahu dan ingin memecahkan masalah untuk memperbaiki mutu pendidikan, untuk itu ia melakukan tindakan yang berhubungan dengan stuasi kelasnya.
               Seorang guru yang melakukan penelitian tindakan di dalam kelas dikatakan melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu gabungan antara penelitian tindakan dan penelitian kelas.
               Langkah-langkah penelitian kelas, meliputi mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah bagi faktor penyebab utama yang gawat dengan mengumpulkan data dan menafsirkannya untuk mempertajam gagasan tersebut dan untuk merumuskan hipotesis tindakan sebagai pemecahan masalah.

               Langkah-langkah dalam penelitian kelas, meliputi kelaikan solusi atau pilihan pemecahan masalah, merancang model PTK sesuai dengan permasalahan, rencana kegiatan tindakan dan keadaan situasi kelas mengatur langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan, melakukan identifikasi komponen-komponen pendukung yang diperlukan melakukan pengaturan dan penyusunan jadwal kegiatan yang akan dilakukan, menyusun desain tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal kegiatan.

Isu Kontemporer Pendidikan Nasional

Isu Kontemporer Pendidikan Nasional
               Rembuk Nasional Pendidikan pada dasarnya adalah melakukan analisis terhadap hasil evaluasi tentang hal-hal yang terdahulu maupun kebijakan yang sedang berjalan, sehingga kita dapat membuat proyeksi, prediksi dan perkiraan serta dapat membuat kebijakan pendidikan yang tepat di bidang:
               1.            penuntasan wajar diknas 9 tahun dan peningkatan akses pendidikan                                                         menengah/perintisan wajar 12 tahun
               2.            peningkatan akses dan mutu perguruan tinggi
               3.            pemerataan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
               4.            optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam                                                       penyelenggaraan pendidikan
               5.            koordinasi pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan                                              pembangunan pendidikan
               6.            ujian nasional, kurikulum tingkat satuan pendidikan

               7.            akreditasi sekolah, madrasah, dan akreditasi pendidikan nonformal

Dasar-dasar Kebijakan Pendidikan

Dasar-dasar Kebijakan Pendidikan
               Sebuah kebijakan pendidikan dirumuskan atas dasar evaluasi kebijakan sebelumnya yang kemudian digunakan untuk mengantisipasi masalah pendidikan. Terdapat 7 isu pendidikan yang dijadikan prioritas da dasar bagi penetapan dan perumusan kebijakan pendidikan. Rembuk Nasional Pendidikan pada dasarnya adalah melakukan analisis terhadap hasil evaluasi yang terdahulu maupun terhadap kebijakan yang sedang berjalan sehingga kita dapat mengadakan proyeksi, prediksi dan perkiraan serta dapat menentukan kebijaksanaan resmi karena sebagaimana disebutkan dalam Rembuk Nasional Pendidikan bahwa disamping mempersoalkan validitas, reliabilitas, dan fisibilitas alat-alat evaluasi, evaluasi pendidikan juga sekaligus melihat substansi yang dievaluasi. Kemudian informasi yang didapatkan dilihat kesahihan dan keandalannya dan substansi yang dievaluasi juga dilihat apakah telah sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan.

               Contoh kaitan pendidikan dengan perubahan sosial, misalnya pertumbuhan ekonomi telah dapat diserap oleh peningkatan jumlah kaum terdidik, yang pada masa lalu hanya terbentuk dari lapisan kecil masyarakat saja. Sementara itu, dalam era pasca kemerdekaan hingga kini jumlah kaum terpelajar semakin meningkat dan telah menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Kebijakan pendidikan yang dirumuskan sebagai hasil Rembuk Nasional Pendidikan, meliputi "bagaimana kebijakan dan strategi pendidikan dalam penuntasan wajar 9 tahun" dan "bagaimana kebijakan dan strategi pendidikan dalam peningkatan akses pendidikan menengah atau perintisan wajar 12 tahun". Anda dapat menyimak kebijakan hasil rembuk nasional yang meliputi "bagaimana kebijakan dan strategi pembangunan pendidikan dalam pemerataan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan", bagaimana kebijakan pembangunan pendidikan dalam kaitannya dengan ujian nasional, kurikulum tingkat satuan pendidikan, akreditasi sekolah, akreditasi pendidikan nonformal,"bagaiman kebijakan pendidikan dlam upaya pemberantasan buta aksara dan pendidikan kecakapan hidup" bagaimana kebijakan pembangunan pendidikan dalam kaitannya dengan optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pendidikan"

Pilar-pilar Pendidikan Nasional

Pilar-pilar Pendidikan Nasional
               Dalam perspektif ilmu pendidikan terdapat perbedaan perspektif antara pemikiran konservatif dan kritis liberalistik. Perspektif konservatif memaknai pendidikan sebagai agen pelestarian dari budaya yang resmi dianut, sedangkan dalam perspektif kritis liberalistik pendidikan didaulat sebagai agen dari perubahan sosial yang anti dominasi budaya tunggal.
               Realita sosial juga ikut mengkonstruksi pendidikan ke dalam berbagai wujud yang berbeda, walaupun realita sosial dan ilmu pengetahuan sebenarnya bukanlah hal yang bisa dikaji secara terpisah. Munculnya perbedaan perspektif dalam memaknai pendidikan tentu tidak terlepas dari latar belakang kondisi yang memunculkan berbagai macam perspektif tersebut.
               Yang menjadi persoalan bukan pada perspektif mana yang mendekati bentuk ideal, akan tetapi perspektif mana yang kira-kira sesuai dengan realitas kontemporer kita. Polemik tentang perspektif pendidikan mana yang cocok untuk diterapkan inilah yang menjadi persoalan utama yang harus dijawab ketika mulai berbicara tentang pendidikan di Indonesia.
               Pendidikan tidak terbatas pada apa yang dikonsepsikan Freire dan Derada. Pendidikan memiliki tugas untuk mendekatkan peserta didik dengan Tuhannya dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. Dengan demikian, pendidikan memiliki dimensi spiritual-transendental yang merupakan bagian dari pendidikan keimanan yang sarat dengan nilai-nilai ketuhanan.

               Otoritas pendidikan tidak terjebak pada dikotomi konservatif dan liberalistik, namun perlu mengkonstruksi di atas landasan humanisme teosentri untuk membangun sistem pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. Perlu dipahami pemikiran pendidikan antara konservatisme dan liberalme-kapitalisme harus diubah menjadi pendidikan kritis-dialogis yang membebaskan peserta didik dari segala penjajahan baik melalui sistem maupun model pengajarannya. 

Tuesday, June 28, 2016

Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

            Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Karakteristik PTK adalah sebagai berikut:
            1.         Penelitian berawal dari keresahan guru akan kinerjanya.
2.         Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi mengikuti kaidah-kaidah penelitian.
3.         Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
4.         Tujuannya adalah memperbaiki pembelajaran.
            Dari karakteristik tersebut dapat dibandingkan ciri-ciri PTK dengan penelitian kelas dan penelitian formal.
            Guru paling tepat melakukan PTK karena:
            1.         guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya
2.         temuan penelitian tradisional sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran
3.         guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya
4.         interaksi guru siswa berlangsung secara unik

5.         keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian di kelasnya

Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan Kelas

Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan Kelas

            PTK bermanfaat bagi guru, pembelajaran/siswa, serta bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut:
            1.         membantu guru memperbaiki pembelajaran.
            2.         membantu guru berkembang secara profesional
            3.         meningkatkan rasa percaya diri guru
4.         memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
            Bagi pembelajaran atau siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses/hasil belajar siswa, di samping guru yang melakukan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.
            Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan /kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.
            Di samping manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu validitasnya yang sering masih dipertanyakan, serta tidak mungkin melakukan generalisasi karena sampelnya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti.

            PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain dukungan dari semua personil di sekolah, iklimm yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada guru untuk berinovasi, berdikusi, berkolabirasi, dan saling mempercayai di antara personil sekolah, dan juga saling percaya antara guru dan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.

Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

            Langkah langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari:
            1.         merencanakan perbaikan
            2.         melaksanakan tindakan
            3.         mengamati
            4.         melakukan refleksi
            Untuk merencanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional  agar dapat memandu usaha perbaikan.
            Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari/mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dann pakar, serta menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah.
            Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat pendukung/sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan menganalisa data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
            Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan interprestasi dilakukan secara simultan. Aktor utama adalah guru, namun guru dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai pengamat. Agar pelaksanaan tindakan sesuai dengan kaidah PTK, perlu diterapkan 6 kriteria berikut:
1.         metodologi penelitian jangan sampai mengganggu komitmen guru sebagai pengajar
2.         pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak
3.         metodologi harus reliabel  hingga guru dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan situasi kelasnya
4.         masalah yang ditangani guru harus sesuai dengan kemampuan dan komitmennya
5.         guru harus memperhatikan berbagai aturan dan etika yang berkaitan dengan tugasnya
6.         PTK harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah

Pengumpulan dan Analisis Data, serta Tindak Lanjut

Pengumpulan dan Analisis Data, serta Tindak Lanjut

            Pengumpulan data dalam PTK dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti observasi, catatan harian, rekaman, angket, wawancara, serta analisis dokumen hasil belajar siswa.
            Tahap observasi dan interpretasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan. Selain untuk menginterpretasikan  peristiwa yang muncul sebelum direkam, interpretasi juga membantu guru melakukan penyesuaian. Observasi yang efektif berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu;
            1.         harus ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat
            2.         fokus observasi harus ditetapkan bersama
            3.         guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi bersama-sama
            4.         pengamat harus memiliki keterampilan mengobservasi
5.         observasi akan bermanfaat jika balikan diberikan segera dan mengikuti berbagai aturan
            Ada 4 jenis observasi yang dapat dipilih, yaitu observasi terbuka, observasi terfokus, observasi tersetruktur dan observasi sistematik. Observasi yang bertujuan untuk memantau proses dan dampak perbaiakn dilakukan dengan mengikuti 3 langkah yang merupakan 1 siklus yang selalu berulang, yaitu pertemuan pendahuluan (prencanaan), pelaksanaan observasi, dan diskusi balikan. Agar ketiga tahap ini berlangsung efektif, hubungan guru dan pengamat harus didasari saling mempercayai, fokus kegiatan adalah perbaikan, proses tergantung dari pengumpulan dan pemanfaatan data yang objektif, guru didorong untuk mengambil kesimpulan, setiap tahap observasi merupakan proses yang berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat dalam perkembangan profesional yang saling menguntungkan.
            Selain melalui observasi, data mengenai pembelajaran dapat dikumpulkan melalui catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara, angket, dan telaah berbagai dokumen.

            Analisis data dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan dan mendeskripsikan data dalam bentuk narasi , tabel dan grafik serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan analisis dilakukan refleksi , yaitu renungan atau mengingat kembaliapa yang sudah berhasil dikerjakan, mengapa berhasil. Berdasarkan hasil refleksi, guru melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama, atau baru sama sekali