Showing posts with label Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Show all posts
Showing posts with label Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Show all posts

Saturday, June 11, 2016

Prinsip Dasar Asesmen Anak Usia Dini

Prinsip Dasar Asesmen Anak Usia Dini

         Asesmen merupakan proses mendokumentasikan keterampilan dan perkembangan anak. Asesmen mengukur level perkembangan anak dan memberikan indikasi tahap perkembangan anak selanjutnya. Asesmen bukan sekedar mengukur, mengurutkan rangking ataupun mengelompokkan anak dalam kategori tertentu. Ada 4 proses dalam asesmen yaitu sebagai berikut:
         1.     Menentukan kebutuhan anak dan menentukan tujuan asesmen.
         2.     Mengumpulkan kualitatif dan kuantitatif data dengan metode yang tepat.
         3.     Memproses informasi yang bermanfaat untuk melakukan penilaian.
         4.     Membuat keputusan profesional.
Asesmen digunakan untuk beragam tujuan yang antara lain sebagai berikut:
         1.     Untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan anak secara individual, yang meliputi aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan sebagainya.
         2.     Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi penyebab masalah belajar pada anak.
         3.     Untuk memberikan tempat dan program yang tepat untuk anak.
         4.     Untuk membuat perencanaan program.
         5.     Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak.
         6.     Untuk kajian penelitian.
Manfaat asesmen menurut NECARG adalah sebagai berikut:
         1.     Mendukung belajar anak.
         2.     Mengidentifikasi anak apakah berkembang secara normal atau memiliki kebutuhan khusus.
         3.     Mengevaluasi program dan memonitor kebutuhan anak .
         4.     Sebagai wujud tanggung jawab.
Prinsip asesmen adalah sebagai berikut:
         1.     Menggunakan informasi dan sumber yang beragam.
         2.     Bermanfaat untuk perkembangan dan belajar anak.
         3.     Melibatkan anak beserta keluarganya.
         4.     Sesuai dan adil untuk anak.
         5.     Otentik.

         6.     Memiliki tujuan yang spesifik dan bersifat reliabel, valid dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Perencanaan dan Proses Asesmen pada Anak Usia Dini

Perencanaan dan Proses Asesmen pada Anak Usia Dini

Perencanaan asesmen meliputi berbagai aspek sebagai berikut:
         1.     Menetapkan tujuan yang spesifik, bersifat reliabel dan valid.
         2.     Mempersiapkan berbagai sumber atau informasi yang beragam.
         3.     Melibatkan keluarga dalam mendapatkan informasi tentang anak.
         4.     Fair dan sesuai dengan kebutuhan anak.

         5.     Merencanakan asesmen yang otentik.

Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

         Gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuh seperti berlari, memanjat, melompat, melempar dikenal sebagai keterampilan gerakan/motorik kasar atau gross motor skill, sedangkan gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti  mendorong mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju boneka, atau menggambar adalah gerakan/motorik halus atau fine motor skill.
         Kemampuan motorik anak usia 4-6 tahun mempunyai perbedaan dengan orang dewasa dalam hal cara memegang, cara berjalan, dan cara menyepak/menendang.
         Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada 3 unsur yang menentukan perkembangan motorik, yaitu otak, saraf, dan otot. Ketika motorik bekerja, ketiga unsur tersebut melaksanakan masing-masing peranannya secara interaktif positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya.
         Gerakan reflek awal pada bayi 0-1 tahun diantaranya adalah mengedipkan mata, genggaman telapak tangan, reflek moro dan tindakan tanpa mengetahui.
         Kemajuan anak dalam koordinasi mata tangan tergantung pada interaksi antara stimulasi dan dorongan yang diterimanya setiap hari, perkembangan fisik dan sarafnya, dan motifasinya. Tiga dimensi yang berbeda ini, perlu diseimbangkan dengan hati-hati sebelum dia dapat bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Secara khusus anak tidak akan mampu menulis seperti anak berusia 5 tahun ketika ia berumur 3 tahun, tidak peduli betapa keras usahanya, karena kematangan otot dan syarafnya memang belum memadai untuk melakukan gerakan tangan sedemikian halus.

         Kemampuan yang sudah seharusnya dikuasai anak di usia 6-8 tahun adalah kemampuan berpakaian, makan sendiri, merapikan tempat tidur, mandi serta memakai sepatu sendiri. Keterampilan-keterampilan ini merupakan keterampilan untuk melayani dirinya sendiri yang amat membutuhkan koordinasi antara mata dengan tangan dan anggota tubuh lainnya. 

Asesmen Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

         Asesmen perkembangan fisik/motorik bertujuan agar guru mengetahui kekurangan dan kelemahan yang terdapat selama proses belajar mengajar fisik/motorik, sehingga guru dapat memperbaiki dengan cara yang benar pada kegiatan selanjutnya.
         Beberapa aspek yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan asesmen terhadap kegiatan pengembangan fisik/motorik, yaitu:
         1.     penilaian diri
         2.     respon anak
         3.     kesesuaian alat/bahan.
         Dalam melakukan penyusunan asesmen perkembangan fisik/motorik anak usia dini, perlu dipenuhi beberapa syarat proses asesmen pada anak usia dini yaitu sebagai berikut:
         1.     Dilakukan secara individual dengan membandingkan perkembangan anak saat ini dengan sebelumnya.
         2.     Mempertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan , pengalaman, dan budaya anak.
         3.     Bukan dilakukan dengan situasi tes, melainkan alamiah.
         4.     Kemajuan tentang anak dilaporkan dalam konteks individual sehubungan dengan performansinya dalam tahap usianya, dan bukan merupakan sistem rangking.
         Asesmen bagi perkembangan fisik/motorik dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk melihat kemajuan kemampuan anak dalam mengendalikan gerak-geriknya dan mengoordinasikan mata dan tangannya serta dengan anggota tubuh lainnya.
         Beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam asesmen perkembangan, di antaranya:
         1.     Strategi Asesmen Informal
                  1.     Observasi
                  2.     Teacher-designed measure
                  3.     Checklist Perkembangan
                  4.     Rating Seales
                  5.     Rubric
                  6.     Asesmen Portofolio tampilan
                  7.     Asesmen berbasis teknologi
                  8.     Catatan Anekdot
                  9.     Narasi/catatan harian
                  10.   Daftar periksa pengamatan guru
                  11.   Catatan frekuensi dan waktu
                  12.   Asesmen decoding
         2.     Strategi Asesmen Formal
                  1.     Tes Terstandar
         Teknik analisis data asesmen dilakukan melalui tahap-tahap asesmen yang sangat tergantung pada tingkat apa penampilan motorik anak yang diharapkan, yaitu:
         1.     Global Assessment
         2.     Screening
         3.     Ongoing Qualitative Assessment

         4.     Individual Assessment For The Purpose Of Remediation

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

         Perkembangan kognitif terkait erat dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan mental yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kematangan fisik, pengalaman dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.
         Ada beberapa teori yang memberikan kontribusi besar dalam menjelaskan perkembangan kognitif pada anak, diantaranya adalah teori konstruktivist, sosiokultural dan kecerdasan majemuk.
         Tahapan perkembangan kognitif untuk anak usia dini (0-8 tahun) menurut piaget terdiri dari tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun)
         Tahap sensori motor terdiri dari refleks-refleks, primary circular reaction yang ditandai dengan indera-indera dan skema-skema, secondary circular reaction yang ditandai dengan orientasi terhadap objek, imitasi perilaku, sebab akibat secara fisik, tertiary circular reaction yang ditandai dengan meningkatnya keingintahuan dan eksplorasi anak, belajar secara trial and error.
         Tahap pra-operasional ditandai dengan penggunaan cara berpikir simbolis untuk memahami lingkungan sekitarnya, cara berpikir egosentris, berkembangnya imajinasi dan ekspresi diri anak, karakteristik berpikir yang meliputi sentrali, egosentrisme, ketidakmampuan memahami konservasi.
         Karakteristik berpikir pra operasional pada anak pra sekolah terdiri dari berpikir berdasarkan persepsi, berpikir uni dimensi, irreversibilitas, penalaran transduktif, egosentrisme.
         Eksperimen Peaget tentang kategorisasi terdiri dari konservasi angka dimana anak diperlihatkan dua set benda yang sama jumlahnya tetapi disusun dengan pola yang berbeda, konservasi kuantitas yang berkesinambungan dimana pada anak diperlihatkan dua kontainer yang berbeda bentuknya namun berisi sejumlah air yang sama, pengelompokan dimana anak diminta mengelompokkan objek yang memiliki warna, bentuk dan ukuran yang berbeda.

         Contoh hasil/perkembangan kognitif dan belajar anak usia 6 tahun antara lain anak mengenali warna-warna (merah, orange, kuning, hijau, biru, ungu), dan bentuk geometri, memahami dimensi dan hubungan, perbedaan ukuran, konsep sains sederhana, angka, fungsi uang, perbedaan rasa, mampu mengekspresikan pikiran dan ide-ide, menggambar sederhana, membuat kalimat sederhana, dan membedakan jenis kelamin.

Asesmen Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini

         Berdasarkan “The National Educational Goals Panel”, penggunaan asesmen yang tepat adalah mengakses untuk meningkatkan perkembangan dan belajar anak, mengakses untuk mengidentifikasi kesehatan dan pelayanan yang diberikan pada anak, mengakses untuk memonitor kecenderungan dan mengevaluasi program dan pelayanan, dan mengakses prestasi akademik untuk akuntabilitas anak, guru dan sekolah. Adapun The National Goals Panel tersebut dibentuk untuk memperbaiki cara mengases kesiapan anak masuk sekolah.
         Penulis-penulis konstruktif NAEYC, seperti Kamii & Kamii (1990) dalam bukunya “Achievement Testing in the Early Grades: The Games Grown-ups Play” menyebutkan satu per satu penyalahgunaan dari tes ini berikut ini.
         1.     Hasil dari tes yang distandarisasi mungkin tidak layak digunakan sebagai tes penyeleksian kesiapan untuk keputusan penempatan anak.
         2.     Pengadaan tes yang distandarisasi lebih menekankan pada pada kurikulum akademik yang seharusnya dilokalisasi, tidak disentralisasi.
         3.     Tes prestasi seringkali tidak mencerminkan teori atau penelitian yang ada tentang bagaimana anak-anak belajar.
         4.     Banyak sekolah “mengajarkan tes pada anak” untuk menaikkan nilai sekolah.
         5.     Tes yang distandarisasi tidak dapat memprediksi  prestasi yang akan dicapai anak di masa depan.
         Peran pendidik dalam menyikapi tren adanya tes untuk AUD.
         1.     Tes terhadap anak-anak seharusnya tidak terjadi, jika tidak dapat memperlihatkan hasil-hasil yang bermanfaat.
         2.     Mengetahui usia dan tahapan perkembangan anak, memahami perbedaan laju perkembangan setiap individu perlu dijadikan dasar untuk mengukur kemajuan setiap anak. Guru harus memperhatikan jika ada anak yang tidak menunjukkan  kemajuan dalam perkembangannya. Dalam hal ini, evaluasi dengan menggunakan instrumen yang distandarisasi mungkin akan bermanfaat.
         3.     Jika asesmen formal digunakan, maka isi, bentuk, validitas, dan standar interprestasi harus sesuai dengan tujuan dari asesmen tersebut.
         4.     Jika tes diagnosis dilakukan untuk menentukan penyebab atau tingakat kelambatan perkembangan, pertimbangan-pertimbangan berikut harus diperhatikan.
                  1.     Tes harus dijalankan oleh seorang yang profesional dan ahli dengan menggunakan tes-tes yang diseleksi secara benar (dianjurkan lebih dari satu tes).
                  2.     Anak jangan dipaksa berpisah dari orang tuanya yang dapat menyebabkan stres pada anak yang tidak semestinya terjadi. Hal ini juga akan berpengaruh negatif terhadap hasil tes.
                  3.     Tes-tes yang terdiri dari tugas-tugas terpisah yang hasilnya dalam bentuk skor, tidak memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana anak menggunakan kemampuannya dalam konteks interaksi setiap hari, sehingga asesmen harus terdiri dari rentang kriteria yang lebih luas.
                  4.     Hasil tes tidak seharusnya dianggap lebih tepat dalam membuat keputusan tantang anak, dibandingkan dengan hasil informasi dari keluarga, guru dan observasi langsung terhadap anak.
         Tujuan tes seharusnya dapat meningkatkan performasi anak, bukan hanya memonitor untuk mengukur keefektifan program, kinerja guru, dan sekolah.
         Tes harus dilaksanakan secara individual. Anak-anak masih berkembang kemampuannya sehingga tes yang dilakukan dalam kelompok tidak tepat untuk anak usia dini.
         Tes formal harus didasarkan pada kemampuan anak (skill based), dibandingkan dengan secara lisan atau tulisan, sehingga anak dapat melengkapi tugasnya tanpa dibatasi waktu dan anak merasa didukung oleh orang yang melakukan tes.

         Mempersiapkan anak untuk tes sewajarnya. Keluarga dan guru yang terlalu semangat dalam mempersiapkan anak-anak menghadapi item-item dalam tes, dapat mengacaukan hasil tes.

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

         Anak-anak berpikir, belajar dan mengingat rata-rata sembilan kata perhari yang dikeluarkan dengan suara/ucapan sampai usia enam tahun. Seiring dengan waktu anak-anak usia enam atau tujuh tahun memperoleh kosa kata hampir empat belas ribu kata. Anak-anak mampu menggunakan dan menambah kosa kata ke dalam bentuk komunikasi yang berarti.
         Sejak bayi, bahasa dipelajari melalui interaksi sosial dengan orang lain, melalui kesempatan mendengarkan dan mengujicobakan suara dan kata. Sebagai tambahan, tata bahasa anak-anak berdasarkan pada pertimbangan dan anak-anak mampu memperoleh kata-kata dari percakapan.
         Bayi memperoleh bahasa sejak bulan-bulan pertama, jauh sebelum mereka dapat mengatakan kata pertama. Ada beberapa indikasi bahwa bayi sangat merespon suara. Hal ini sering disebut sebagai “bahasa ibu dan ayah” yang dikarakteristikan dengan informasi dan irama yang unik seperti orang tua berbicara dengan anak-anak mereka.
         Orang tua dan pengasuh dapat berbagi buku dengan bayi. Sambil menimang bayi, orang dewasa dapat membacakan/menceritakan gambar pada buku-buku bayi. Buku bayi dapat ditempatkan di tempat yang terlihat di salah satu tempat tidur. Beberapa bayi dapat melihat ibjek dalam jarak sepuluh sampai dua belas inci, ada juga yang sambil berdiri disudut tempat tidur atau di lantai. Di depan bayi dapat disediakan stimulus penglihatan yang lain yang menimbulkan ketertarikan bayi.
         Toddler sangat akrab sengan buku, mereka suka membaca dan seringkali memiliki kelekatan dengan buku favoritnya. Mereka selalu berusaha mengambil buku untuk sewaktu-waktu dibaca. Kadang-kadang buku menjadi teman tidur mereka.
         Dari usia tiga sampai lima tahun, anak-anak menyukai buku cerita pendek dan sederhana atau buku-buku bertema, cerita bergambar tanpa teks dan buku-buku ramalan dengan pengulangan yang sama atau kejadian terulang. Banyak buku terutama buku-buku alfabet yang diminati oleh anak-anak.
         Anak usia SD kelas awal mampu menceritakan kembali apa yang mereka baca. Menceritakan kembali dapat menambah kesadaran anak untuk mempertimbangkan sesuatu. Kualitas literatur yang baik, dan buku-buku anak yang akrab perlu disediakan dirumah dan lembaga pendidikan anak usia dini.
         Mempelajari literasi lebih dari sekedar belajar membaca. Pembelajaran menulis adalah bagian integral dari proses belajar membaca. Saat ini, beberapa pendidik anak usia dini tidak saja membicarakan pembelajaran membaca tetapi juga munculnya literasi yang meliputi konsep membaca dan menulis.

         Anak-anak berpikir, belajar dan mengingat rata-rata sembilan kata perhari yang dikeluarkan dengan suara/ucapan sampai usia enam tahun. Seiring dengan waktu anak-anak usia enam atau tujuh tahun memperoleh kosa kata hampir empat belas ribu kata. Anak-anak mampu menggunakan dan menambah kosa kata ke dalam bentuk komunikasi yang berarti.
         Sejak bayi, bahasa dipelajari melalui interaksi sosial dengan orang lain, melalui kesempatan mendengarkan dan mengujicobakan suara dan kata. Sebagai tambahan, tata bahasa anak-anak berdasarkan pada pertimbangan dan anak-anak mampu memperoleh kata-kata dari percakapan.
         Bayi memperoleh bahasa sejak bulan-bulan pertama, jauh sebelum mereka dapat mengatakan kata pertama. Ada beberapa indikasi bahwa bayi sangat merespon suara. Hal ini sering disebut sebagai “bahasa ibu dan ayah” yang dikarakteristikan dengan informasi dan irama yang unik seperti orang tua berbicara dengan anak-anak mereka.
         Orang tua dan pengasuh dapat berbagi buku dengan bayi. Sambil menimang bayi, orang dewasa dapat membacakan/menceritakan gambar pada buku-buku bayi. Buku bayi dapat ditempatkan di tempat yang terlihat di salah satu tempat tidur. Beberapa bayi dapat melihat ibjek dalam jarak sepuluh sampai dua belas inci, ada juga yang sambil berdiri disudut tempat tidur atau di lantai. Di depan bayi dapat disediakan stimulus penglihatan yang lain yang menimbulkan ketertarikan bayi.
         Toddler sangat akrab sengan buku, mereka suka membaca dan seringkali memiliki kelekatan dengan buku favoritnya. Mereka selalu berusaha mengambil buku untuk sewaktu-waktu dibaca. Kadang-kadang buku menjadi teman tidur mereka.
         Dari usia tiga sampai lima tahun, anak-anak menyukai buku cerita pendek dan sederhana atau buku-buku bertema, cerita bergambar tanpa teks dan buku-buku ramalan dengan pengulangan yang sama atau kejadian terulang. Banyak buku terutama buku-buku alfabet yang diminati oleh anak-anak.
         Anak usia SD kelas awal mampu menceritakan kembali apa yang mereka baca. Menceritakan kembali dapat menambah kesadaran anak untuk mempertimbangkan sesuatu. Kualitas literatur yang baik, dan buku-buku anak yang akrab perlu disediakan dirumah dan lembaga pendidikan anak usia dini.

         Mempelajari literasi lebih dari sekedar belajar membaca. Pembelajaran menulis adalah bagian integral dari proses belajar membaca. Saat ini, beberapa pendidik anak usia dini tidak saja membicarakan pembelajaran membaca tetapi juga munculnya literasi yang meliputi konsep membaca dan menulis.

Asesmen Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

         Tahapan perkembangan bahasa terdiri dari pra bicara lahir s/d 10 bulan, kata-kata pertama: pemunculan nama 10 s/d 13 bulan, kombinasi kata 18 s/d 24 bulan, tata bahasa 20 s/d 30 bulan.
         Indikator perkembangan bahasa anak usia 1 tahun, reaksi terhadap suara, menangis, memperhatikan orang bicara, membuat keributan sendiri, mengucapkan atau mengulang satu suku kata yang sama.
         Indikator perkembangan bahasa anak usia 2 tahun, berbicara sediri, mampu menggunakan 100 kata, bernyanyi, mengikuti satu perintah.
         Indikator perkembangan bahasa anak usia 3 tahun, menikmati cerita, bernyanyi, perkatannya dimengerti, mengatakan nama benda dan usianya, menanyakan apa, mengapa, dan bagaimana.
         Indikator perkembangan bahasa anak usia 4 tahun, dapat mengenal beberapa surat, mengenal kata yang familier dalam buku sederhana atau tanda, berbicara dalam kalimat komplek, menanyakan beberapa pertanyaan, menikmati menyanyi dengan lagu sederhana, mengadaptasikan bahasa sesuai dengan tingkatan pengertiannya, menanyakan dan menjawab apa, mengapa, kapan, dan di mana, mengikuti 2 perintah yang tidak berhubungan, mengeti konsep dan menhubungkannya dengan nama, ukuran, berat, warna, tekstur, jarak, posisi dan waktu, menambah-nambahkan kata atau suku kata pada kalimat.
         Indikator perkembangan bahasa anak usia 5 tahun, mengerti sampai 13.000 kata, menggunakan 5-8 kata dalam kalimat, menyukai pendapat dan alasan, menggunakan kata “karena”, mngerti, mengingat cerita dan mengulanginya, menikmati kreasi dan menceritakan cerita, mengerti buku dibaca dari kiri ke kanan, atas ke bawah, mengambar gambar binatang, orang dan objek, menikmati mengopi surat, mengidentifikasi surat dengan alfabet dan beberapa angka, mengerti kata lebih, kurang, sama, setelah, sebelum, di atas, di bawah, kemarinn, sekarang, besok.
         Indikator perkembangan bahasa anak usia 6 tahun ke atas, bisa membalas surat, berbicara dan mendengarkan kosakata dengan beberapa orang, membaca menjadi ketertarikan.
         Langkah-langkah dalam menyusun instrumen
         1.     mengidentifikasi variabel
         2.     menganalisis teori
         3.     menyusun konstruk
         4.     menyusun definisi operasional
         5.     menentukan dimensi atau indikator
         6.     menyusun kisi-kisi instrumen
         7.     menyusun butir-butir instrumen
         Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik observasi dengan berbagai metode, tetapi teknik yang paling efektif untuk perkembangan bahasa adalah dengan interview/wawancara.
         Teknik interview adalah teknik komunikasi dua arah antara orang yang satu dengan yang lain.
         Pertanyaan dapat berbentuk pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Contoh pertanyaan tertutup dengan menggunakan apakah, dapatkah, bolehkah dengan jawaban ya atau tidak atau benar atau salah, bersifat dikotonomi. Contoh pertanyaan terbuka dengan menggunakan kata apa, mengapa, bagaimana, kapan, di mana, yang mana.
         Langkah-langkah analisis data dapat dilakukan dengan reduksi data, display data dan kesimpulan dan verifikasi data.

         Interview memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya anak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya sebebas mungkin dan kelemahannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. 

Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini

Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini

         Perkembangan emosi anak usia dini merupakan proses yang sangat kompleks. Perkembangan emosi berkaitan dengan temperamen, perasaan, reaksi, konsep diri, dan harga diri.
         Emosi anak usia dini adalah bukti dalam menunjukan ekspresi, bahasa tubuh, postur tubuh, bahasa tubuh yang lain, suara/vokal, bahasa, gaya komunikasi, dan perilaku yang ditimbulkan karena bermain dengan alat-alat mainan dan alat-alat pembelajaran.
         Perkembangan sosial mulai dari lahir dan muncul dari interaksi dengan lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah. Perkembangan sosial adalah proses yang muncul melalui belajar  mengenai dirinya dan orang lain, membuat dan menjaga pertemanan. Perkembangan sosial dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa sosialisasi dan afiliasi,  rumah dan keluarga, anggota keluarga yang lebih luas, loyalitas terhadap organisasi, tempat penitipan anak dan lembaga pendidikan, teman sepermainan dan teman sebaya, tetangga dan media.
               Ada beberapa pandangan mengenai perkembangan sosioemosional yaitu pengetahuan sosial konvensional dan perkembangan pro sosial.
               Menurut pandangan Piaget perkembangan moral anak usia di bawah 6 tahun berada pada tahapan Premoral, yaitu pengertian mereka dibatasi pada aturan dan alasan mereka melakukan sesuatu, sedangkan tahapan moral realism, yaitu anak-anak menjadi lebih mengerti aturan dan percaya bahwa aturan dibangun oleh semua orang yang dijadikan figur dan unalterable.
               Kohlberg mendeskripsikan tahapan premoral sama dengan pandangan Piaget bahwa pada tingkat ini anak berorientasi pada kepatuhan, tingkat kedua; naive conventional hedonism, ketiga; morality of conventional role conformity, keempat; authorithy-maintaining morality, kelima; post conventional moral thingking.

               Tahapan perkembangan menurut Erik Erikson adalah trush vs mistrust, autonomy vs shame and doubt, initiative vs guilt, industry vs inferiority, identity and rapudiation vs identity diffusion, intimacy and solidarity vs isolation, generativity vs self absorption, integrity vs despair.

Asesmen Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini

               Tahapan Perkembangan sesioemosional menurut teori psikososial untuk anak usia0-8 tahun mencakup; trust vs mistrust, autonomy vs shame and doubt, initiative vs guilt, industry vs inferiority.
               Indikator perkembangan sosioemosional anak usia
               1.            1 tahun; menangis, merespon, agresive, temper tantrum, tertawa, merasa memiliki.
               2.            2 tahun; afeksi menyayangi, cemburu, humor, cemas, destruktif, meniru, memaksa.
3.            3 tahun; menikmati bermain, membantu orang dewasa, menerima saran, mengekspresikan diri di depan orang lain/benda, tertawa, meniru.
4.            4 tahun; bermain dengan yang lain, mengikuti aturan, berbohong, mudah marah, mengerti bahaya, banyak bicara, imajinasi tinggi.
5.            5 tahun; ingin seperti orang dewasa, memerintah, sedikit takut dunia, mengkritik, menyukai resiko.
6.            6 tahun; menambah teman, menemukan kegagalan dan mengatasinya, melakukan terbaik, merasa aman, menikmati pengawasan.
               Pengumpulan dan Analisis Data
               1.            Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, portofolio, dokumentasi, wawancara. Teknik observasi lebih banyak digunakan dengan metode: class list log, jurnal refleksi, anecdotal record, time sampling, interview, hasil karya, running record, check list, rating scale. Untuk perkembangan sosioemosional teknik pengumpulan data yang paling cocok adalah running record.
               2.            Analisis Data memiliki langkah-langkah menurut Miles dan Huberman: display data, reduksi data, kesimpulan dan verifikasi data.
               Contoh Asesmen Perkembangan Sosioemosional

               Contoh running record dilakukan dengan mencatat kejadian tertentu dengan pembatasan waktu pengamatan, misalnya kejadian ketika bermain peran.

Hakikat Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini

Hakikat Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini

               Pelaporan disampaikan oleh guru kepada orang tua dalam bentuk deskripsi singkat tentang perkembangan anak, yang meliputi enam aspek perkembangan, yaitu perkembangan perilaku dan moral agama, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan fisik/motorik, perkembangan seni dan perkembangan sosial emosional.
               Pelaporan perkembangan anak disusun melalui proses analisis sintesis, interprestasi, dan komunikasi.
               Pelaporan perkembangan anak bertujuan untuk membantu guru merencanakan pembelajaran selanjutnya yang sesuai dengan perkembangan anak, memberikan informasi kepada orang tua tentang kemajuan anak serta mendukung kelancaran program guru dan orang tua.
               Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berikut ini merupakan ruang lingkup pelaporan perkembangan, adalah sebagai berikut.
               1.            Siapa yang akan menerima laporan perkembangan?
               2.            Apa isi yang harus dimuat dalam laporan perkembangan?
               3.           Bagaimana bentuk pelaporan perkembangan (lisan, tulisan, atau bentuk lainnya)?
               4.           Bagaimana format pelaporan perkembangan yang digunakan?
               5.           Bagaimana membantu pengguna menginterprestasi dan menggunakan laporan perkembangan?
               6.           Bagaimana jadwal pelaporan perkembangan?
               Isi laporan perkembangan anak yang ingin diketahui  oleh orang tua biasanya berkisar pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
               1.            Bagaimana anak berkembang dan belajar di sekolah: secara akademik, fisik, sosial, dan emosionalnya?
               2.            Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
               3.            Kemampuan apa yang telah dicapai anak selama kurun waktu belajar tertentu?
               4.            Apakah hasil belajar/perkembangan anak cukup baik?
               5.            Sejauh mana peningkatan perkembangan dan kemampuan anak dalam kurun waktu tertentu?
               6.            Apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan anak lebih lanjut?
               Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaporan perkembangan anak usia dini, di antaranya adalah sebagai berikut.
               1.              Diagnosis Kemajuan Perkembangan Anak
               2.              Prediksi Masa Depan Anak
               3.              Seleksi dan Sertifikasi

               4.              Umpan Balik Kegiatan Pembelajaran dan Kurikulum Sekolah.

Penyusunan dan Contoh Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini

Penyusunan dan Contoh Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini

               Laporan yang otentik tentu saja dapat kita buat jika kita rajin mendokumentasikan setiap catatan kita, dan kita gabungkan dalam file yang rapi dan teratur.
               Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam rangka pengumpulan informasi tentang anak untuk dituangkan dalam laporan meliputi beberapa hal sebagai berikut.
               1.            Aspek apa saja yang dicatat.
               2.            Bagaimana menuliskan apa yang pendidik amati.
               Sebagai pendidik harus memahami bahwa pengamatan terhadap perilaku anak memiliki kontribusi yang besar dalam membuat keputusan  tentang kemajuan perkembangan anak. Pengamatan terhadap perilaku anak yang dilakukan secara kontinyu merupakan bukti yang kuat bagi pendidik dalam membuat evaluasi. Selain dicatat oleh pendidik, beberapa perilaku sebagai berikut juga perlu diperhatikan:
1.            Tingkat dan lamanya perhatian (apakah anak cepat berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya; apakah anak melakukan satu hal ketika melihat hal lainnya, atau apakah anak memiliki perhatian hanya pada satu hal pada suatu waktu tertentu).
2.            Kemandirian (Apakah anak memilih tugas-tugas dan mengaturnya pada tingkat tertentu yang sesuai dengan usianya, atau apakah anak selalu meminta tolong dan bimbingan sebelum memilih materi permainan).
3.            Jumlah dan kualitas gerakan fisik (apakah anak pasif dan diam atau anak cenderung sangat aktif namun tidak terarah perilakunya. Sebagai contoh: anak sering melempar barang-barang mainan di kelas, sering memukul temannya tanpa sebab dan sebagainya).

4.            Kemampuan komunikasi verbal dan non verbal (apakah anak menggunakan bahasa yang wajar sesuai usianya).